Paradigma Baru Penjas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut thomas
kuhn paradigma hanya cocok dan sesuai untuk permasalahan yang ada pada saat
tertentu saja. Sehingga apabila dihadapkan pada permasalahan yang berbeda dan
pada waktu berlainan maka perlu adanya perpindahan paradigma lama ke paradigma
baru.
Dewasa ini dunia
pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang sangat pesat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan serta merujuk pada realita masyarakat yang ada.
Evaluasi pendidikan yang dilakukan para pakar dan pelaku pendidikan, mengungkapkan
bahwa ketidak sesuaian pelaksanaan dan tujuan pendidikan menyebabkan rendahnya
hasil pendidikan di Indonesia.
Tidak terkecuali
mata pelajaran Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes). Oleh
sebab itu perlu adanya perubahan paradigma baru dalam pelaksanaan penjasorkes
yang harus di pahami oleh semua komponen pelaku pendidik penjasorkes dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Agar hasil pendidikan yang dicapai sesuai
dengan tujuan penjasorkes itu sendiri.
Pada tahun 1961
sampai dengan tahun 1983, terjadi perubahan paradigma pendidikan jasmani
menjadi pendidikan olahraga. Sehinggga pada sekolah terjadi Pembinaan Usia Dini
Pelatihan Olahraga. Setelahnya dalam keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat
tahun 1983 mengenai olahraga digunakan dua istilah, yaitu pendidikan jasmani
dan olahraga. Sehingga pendidikan jasmani digunakan dalam dunia pendidikan. Dan
olahraga digunakan pada dunia prestasi.
Sementara dalam
perkembanganya, pelaksanaan kegiatan pembelajaran penjasorkes tidak sesuai
dengan tujuanya. Sebagai mana dalam kegiatan pembelajaran bahwa masih banyak
guru penjasorkes menggunakan metode pembinaan pelatihan olahraga sebagai metode
dalam mengajar. Hal ini akibat kuranganya pengetahuan guru tentang paradigma
pendidikan jasmani yang sesuai dengan keadaan dan situasi masyarakat serta
tujuan penjasorkes yang diharapkan oleh pemerintah. Karena banyaknya guru
penjasorkes yang berasal dari lulusan SMOA atau SGO yang berorientasi pada
pendidikan olahraga. Sementara paradigma pembinaan pelatihan olahraga sudah
melekat pada setiap guru tersebut.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan alasan
diatas, maka dianggap perlu adanya penjelasan tentang “Paradigma Baru
Penjasorkes”. Sebagai bahan
referensi kita agar dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Ruang
lingkup pembahasan dalam makalah ini meliputi, pengertian paradigma, pengertian
dan tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, serta peran penjasorkes
terhadap pendidikan.
C. Manfaat dan tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk;
1. Memenuhi tugas akhir individu
pada mata kuliah Azas dan Paradigma Penjas pada Fakultas Ilmu Keolahragaan
Program Peningkatan Kompetensi Guru Penjasorkes Sekolah Dasar (PKG PJPGSD)
Universitas Negeri Semarang semester gasal tahun 2012.
2. Memperkaya gagasan tentang
paradigma baru penjasorkes yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pendidikan.
Demi tercapaianya pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian paradigma
Kata paradigma
berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari
bahasa latin ditahun 1483. Yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola.
Dalam bahasa yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk
“membandingkan”, “bersebelahan” (para) dan “memperlihatkan” (deik).
Paradigma dalam kamus besar Bahasa Indonesia berati
kerangka berpikir atau daftar semua bentukan dari sesuatu kata yang
memperlihatkan konjungasi dan deklinasi kata tersebut dalam sebuah ilmu
pengetahuan. Sedangkan menurut beberapa para ahli mengartikan paradigma
sebagai kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik
tolak pandanganya sehingga akan membentuk citra subyektif seseorang mengenai
realita dan akhirnya akan menentukan bagai mana seseorang menanggapi realita
tersebut.
B.
Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani
yaitu suatu proses pendidikan dengan menggunakan aktivitas fisik, permainan,
dan olahraga sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan keseluruhan. Pendidikan
jasmani merupakan pendidikan yang melibatkan interaksi antara anak didik dengan
lingkunganya yang dikelola melalui aktivitas jasmani untuk meningkatkan
keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif,
afektif, serta nilai-nilai sosial seperti saling menghargai, kerjasama, berkompetisi
dengan sehat, tidak kenal lelah, dan pantang menyerah.
Pendidikan jasmani
tidak dapat terpisah dari tujuan pendidikan pada umumnya dan selalu menjaga
keseimbangan antara pengembangan jasmani dan rohani. Tujuan pendidikan jasmani
adalah pengembangan optimal sesuai dengan kemampuan, minat dan kebutuhan yang
melakukan kegiatan dan arahnya kepada perkembangan aspek-aspek fisik, mental,
dan sosial pada setiap individu.
Konsep pendidikan
jasmani merupakan suatu kegiatan yang secara sadar disusun dengan sistemik dan
bertujuan untuk mengembangkan fungsi organ tubuh, kontrol neuro-muscular,
kekuatan intelektual, pengendalian emosi, pertumbuhan dan perkembangan anak
melalui aktivitas jasmani yang dipilih dengan tujuan yang jelas. Pendidikan
jasmani juga mengembangkan kepribadian siswa melalui aktivitas jasmani.
Nilai-nilai sosial
pendidikan jasmani dapat dilihat dari peranannya sebagai wahana untuk mendidik
anak dan masyarakat untuk menjaga kesehatan. Dengan berolahraga dalam kerangka
pendidikan jasmani diajarkan nilai kerjasama, solidaritas, saling menghargai,
sportivitas serta membina fisik, mental, emosi, dan sosial individu kearah yang
positif. Nilai-nilai sosial dapat ditanamkan melalui pendidikan jasmani dalam
setiap kegiatan olahraga permainan. Olahraga ini tidak hanya terbatas dalam
olahraga prestasi ataupun pendidikan, tetapi juga termasuk di dalamya adalah
olahraga rekreasi.
Untuk dapat
melaksanakan pendidikan jasmani dengan benar, maka perlunya pengetahuan tentang
filsafat pendidikan jasmani. Filsafat penjasorkes memiliki komponen-komponen
utama yaitu metafisika, epistemologi, aksiologi, etika, logika, dan estetika. Filsafat
pendidikan jasmani melihat pada cara berpikir dan mencari kebenaran yang dapat
ditemukan. Filsafat pendidikan jasmani membantu individu-individu mengevaluasi
diri mereka dalam hubungan dengan dunia sepuas dan sejelas mungkin, dengan
memberikan kepada mereka suatu pegangan bagaimana harus berhubungan dengan
masalah hidup dan mati, benar dan salah, baik dan buruk, bebas dan terikat,
indah dan jelek.
Pendidikan jasmani dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan bagian integral dari pendidikan
secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,
keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,
penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai
suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan
sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat
langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang
dilakukan secara sistematis. Pembekalan
pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan
pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan
bugar sepanjang hayat.
Pendidikan memiliki
sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas
jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang
secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Selama ini telah
terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya
dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat
terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta
life skill.
Pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik,
perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran,
penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial),
serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan
dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.
1. Mengembangkan keterampilan
pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani
serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang
terpilih;
2. Meningkatkan pertumbuhan
fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik;
3. Meningkatkan kemampuan dan
keterampilan gerak dasar;
4. Meletakkan landasan karakter
moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan;
5. Mengembangkan sikap sportif,
jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis;
6. Mengembangkan keterampilan
untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan ;
7. Memahami konsep aktivitas
jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai
pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil,
serta memiliki sikap yang positif.
Ruang lingkup mata
pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Permainan dan olahraga
meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan
lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers,
sepak bola, bola basket, bola voli,
tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas
lainnya;
2. Aktivitas pengembangan
meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur
tubuh serta aktivitas lainnya;
3. Aktivitas senam meliputi:
ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan
senam lantai, serta aktivitas lainnya;
4. Aktivitas ritmik meliputi:
gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya;
5. Aktivitas air meliputi:
permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya;
6. Pendidikan luar kelas,
meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung;
7. Kesehatan, meliputi penanaman
budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari, khususnya yang terkait dengan
perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih
makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif
dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek
kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua
aspek.
C. Paradigma baru penjasorkes
Berdasarkan uraian
diatas, kita dapat melihat betapa kompleksnya tujuan dan ruang lingkup mata
pelajaran penjasorkes. Oleh karena itu pelaku pendidikan jasmani perlu
pemahaman yang menyeluruh tentang tujuan dan ruang lingkup penjas agar dapat
tercapaianya hasil yang sesuai dengan tujuan keseluruhan.
Selama ini masih
banyak para guru penjasorkes menggunakan metode pembelajaran penjasorkes dengan
menggunkan metode pelatihan olahraga dalam kegiatan pembelajaran. Dalam metode
pelatihan olahraga orientasinya pada
keterampilan gerak yang bertujuan untuk meguasai gerak sebaik mungkin untuk
menghasilkan prestasi yang tinggi. Dalam metode ini tujuan penjasorkes
keseluruhan tidak akan tercapai dengan baik. Karena banyak aspek dari tujuan
penjasorkes yang terabaikan dan tidak dikuasai oleh anak didik.
Penjasorkes ada
karena dalam pendidikan di sekolah anak perlu aktivitas-aktivitas yang
berdampak pada kebugaran jasmani anak yang tidak didapatkan pada mata pelajaran
lain. Anak perlu aktivitas fisik yang sehat dan teratur yang didapat baik
disekolah maupun di rumah dalam kehidupan sehari-hari. Penjasorkes membekali
anak didik untuk dapat melakukan kegiatan tersebut di masyarakat serta
mengetahui pentingnya aktivitas fisik bagi kesehatan.
Penjasorkes juga
mengembangkan keterampilan gerak anak. Selain itu peningkatan kecakapan gerak
yang benar, efektif, dan otomatis dapat menunjang kelancaran anak dalam kehidupan sehari-hari. Melalui standar
kompetensi yang terdapat pada penjasorkes diharapakan anak didik memiliki
tingkat kebugaran jasmani yang tinggi. Guna mendukung kegiatan pembelajaran
disekolah dan mendukung penguasaan pembelajaran pada mata pelajaran yang lain
akibat dari kebugaran jasmani yang dimiliki siswa.
Materi-materi yang
disajikan dalam penjas juga diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan,
penetapan tujuan yang realistis, kerjasama tinggi, jiwa kepemimpinan, melakukan
tindakan yang berguna, mengurangi stress, dan memperkuat hubungan antar teman
pada anak didik. Aktivitas fisik yang dilakukan dalam penjasorkes juga betujuan
untuk selalu menghindari sikap atau tindakan yang ekstrim (moderat) pada anak
didik.
Melalui aktivitas
fisik yang dilaksanakan di sekolah diharapkan dilaksanakan juga oleh anak didik
dimasyarakat. Karena melalui aktivitas fisik yang dilakukan, diharapkan dapat
mengurangi resiko kematian dini akibat dari beberapa penyakit seperti penyakit
jantung koroner, hypertensi, kanker usus, diabetes melitus dan masalah obesitas.
Keterlibatan semua anak didik dalam kegiatan penjasorkes, diharapkan dapat
meningkatkan keyakinan diri untuk terlibat terus dalam olahraga yang rutin.
Yang berdampak pada kualitas hidup serta peningkatan aspek sosial, emosional,
dan finansial.
United States
Department of Health and Human Service pada tahun 2000 merilis, bahwa waktu
ideal untuk anak dalam penjasorkes minimal 150 menit setiap minggu. Jumlah anak
dalam kelas penjasorkes juga harus sama dalam pelajaran lain. Guru juga harus
menerapkan ruang lingkup dan urutan kurikulum yang direncanakan secara
progresif untuk membangun dan mengembangkan pengalaman baru. Selain itu
tuntutan fasilitas dan perlengkapan harus memadai dalam setiap kegaitan
pembelajaran penjasorkes dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Selain itu pelaksanaan kegiatan pembelajaran haruslah menyenangkan anak didik
agar pengembangan afektif, kognitif, psikomotor, dan fisik dapat berlangsung
bersamaan. Pengenalan semua gerakan pada masa usia perkembangan menentukan
kecakapan anak dalam membuat keputusan tentang olahraga yang mereka senangi
pada saat dewasa.
Paradigma
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekarang harus bergeser dari metode
ke model. Karena metode digunakan secara tipikal untuk satu atau beberapa
aktivitas pebelajaran dan hasil jangka pendek. Sedangkan model merupakan
rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum (jangka panjang),
merancang materi pembelajaran, dan mengarahkan pengajaran di dalam kelas (Joyce
and Weil, 1980). Model merupakan pengajaran yang meliputi pertimbangan
menyeluruh terhadap teori belajar, tujuan ajar jagka panjang, konten, manajemen
kelas, strategi terkait, pembuktian proses, serta penilaian pembelajaran.
Sedangkan
keterampilan guru yang harus di miliki dalam mengajar yaitu meliputi ;
1.
Perencanaan pembelajaran yang jelas dan efisisen;
2. Melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan urutan pembelajaran yang jelas;
3. Menetapkan indikator yang
jelas dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak;
4.
Pegelolaan waktu dan kelas yang efektif dan efisien;
5. Pola komunikasi dan motivasi
yang selalu diberikan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran;
6.
Informasi pengajaran dan pemberian tugas serta pertanyaan ;
7.
Melibatkan semua anak dalam kegiatan pembelajaran ;
8.
Kesempatan belajar yang maksimal ;
9.
Menutup pelajaran dan mereview pengajaran yang efektif;
10. Pembelajaran yang mendukung
anak belajar;
11. Tugas luar kelas yang
mendukung pembelajaran, latihan, dan memantapkan kebiasaan positif;
12. Tidak digunakan sanksi fisik;
13. Digunakanya penilaian reguler
untuk memonitor, mereinforce, dan merencanakan pembelajaran lanjutan, dan
14. Keterlibatan lingkungan
sebagai sumber pembelajaran.
Apabila guru
penjasorkes memiliki keterampilan tersebut dalam memngajar, diharapkan tujuan
pendidikan jasmani akan terlaksana dengan baik dan sesuai tujuan pendidikan.
Selain itu kreativitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran merupakan
tuntutan yangan harus dihadapi guru dimasa yang akan datang. Terutama
kreativitas dalam menentukan model pembelajaran guna tercapainya kompetensi
yang hendak dicapai.
Terlepas dari
pelaksanaan pembelajaran yang ideal maka banyak sekali hambatan-hambatan yang
tengah menghadang sebagian besar para guru penjasorkes. Suatu contoh kurangnya media pembelajaran, ketiadaan
prasarana yang memadai sebagai tempat kegaitan pembelajaran dan lain
sebagainya. Harapanya dengan paradigma baru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan yang baru. Permasalahan tersebut dapat dipecahkan para guru di masing-masing
tingkat satuan pendidikan.
Pengembangan
pembelajaran penjasorkes dengan menggunakan lingkungan sangat di rekomendasikan
dalam kegiatan pembelajaran dewasa ini. Karena penggunaan lingkungan sebagai
tempat belajar diharapakan akan membuat anak dapat belajar lebih baik dengan
lingkungan yang nyata. Hubungan materi pembelajaran dengan situa dunia nyata
akan membawa anak untuk dapat mengkonstruksikan hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga hasil belajar akan berguna dalam kehidupan anak
didik.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Paradigma
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan akan selalu berkembang mengikuti
situasi zaman. Penjasorkes bukanlah ”Pembinaan Usia Dini Pelatihan Olahraga”.
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan dengan menggunakan aktivitas fisik,
permainan dan olahraga sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan
keseluruhan.
Pendidikan jasmani
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional
yang mencakup aspek kognitif, afektif, serta nilai-nilai sosial seperti saling
menghargai, kerjasama, berkompetisi dengan sehat, tidak kenal lelah, dan
pantang menyerah. Sebagai bekal siswa dalam menghadapi berbagai masalah di
masyarakat.
Melalui penjasorkes
siswa mengenal berbagai macam bentuk gerak dasar dalam berbagai macam olahraga
dan latihan fisik, serta menjaga pola hidup sehat yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Keberhasilan penjasorkes tergantung
dari guru sebagai pengelola kelas dan pelaksana kegiatan pembelajaran.
Ruang lingkup
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam kurikulum meliputi; (1)
Permainan dan olahraga meliputi; (2) Aktivitas pengembangan; (3) Aktivitas
senam; (4) Aktivitas ritmik; (5) Aktivitas air; (5) Pendidikan luar kelas; (6)
Kesehatan.
- Saran
Untuk dapat
melaksanakan pembelajaran penjasorkes dengan baik, maka dianggap perlu bahwa
para guru harus memahami filsafat pendidikan jasmani yang akan memberikan
pandangan dan pengertian yang jelas tentang hakekat pendidikan jasmani itu
sendiri. Sehingga dalam pelaksanaannya pembelajaran penjasorkes akan sesuai
dengan arah dan tujuanya.
Penjasorkes
bukanlah pembinaan pelatihan olahraga. Sehingga pembinaan bukanlah hanya pada
aspek jasmani (fisik atau motorik) saja, akan tetapi pada aspek rohani (sosial
dan emosional) yang dapat memberikan keseimbangan dalam bersikap pada kehidupan
anak didik. Dengan banyaknya para guru yang kurang memahami paradigma penjas,
maka pentingnya pengertian paradigma penjas untuk diberikan bagi para guru yang
mengajar pada setiap satuan tingkat pendidikan di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar